Algoritma Konsensus
Algoritma konsensus adalah mekanisme yang digunakan dalam sistem terdistribusi, terutama blockchain, untuk mencapai kesepakatan mengenai status data di antara node-node yang tersebar dalam jaringan. Fungsinya memastikan semua salinan data yang disimpan di berbagai node adalah konsisten dan akurat.
Pentingnya Algoritma Konsensus
Algoritma konsensus memainkan peran utama dalam operasi jaringan blockchain:
Kesepakatan Tentang Kebenaran Transaksi:
Algoritma konsensus memastikan bahwa semua node dalam jaringan setuju tentang transaksi yang valid dan dijamin tidak ada transaksi ganda.
Desentralisasi dan Keamanan:
Algoritma konsensus memungkinkan jaringan blockchain beroperasi tanpa otoritas tunggal, yang memastikan keamanan dan ketahanan terhadap serangan.
Dalam blockchain, algoritma konsensus umumnya adalah Proof of Work dan Proof of Stake. Namun sebetulnya masih banyak algoritma konsensus lainnya yang akan dibahas di buku ini, berikut cryptocurrency mana saja yang menggunakan algoritma konsensus yang dimaksud.
Algoritma konsensus adalah hal yang perlu dipahami setiap investor atau trader aset kripto karena secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dari aset kripto. Informasi ini bakal berguna untuk melakukan analisis terhadap potensi aset tersebut di masa depan.
Salah satu contoh kasusnya adalah ketika metode Proof of Work (PoW) mendapatkan kritik dari masyarakat dunia karena tidak ramah lingkungan dan boros energi listrik karena penambangan koin. Hal ini kemudian mempengaruhi sentimen investor yang pada akhirnya mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin pada masa itu.


Apakah Algoritma Konsensus?
Algoritma konsensus adalah metode yang digunakan jaringan blockchain untuk menambah data baru di dalam jaringan tersebut. Konsensus sendiri memiliki arti kesepakatan dan algoritma konsensus merupakan kesepakatan atas pemecahan algoritma dalam blockchain. Masih bingung? Untuk memahaminya lebih dalam, mari pelajari mekanisme blockchain terlebih dahulu.
Jadi, blockchain adalah buku besar yang berisi catatan transaksi aset kripto. Satu transaksi akan disimpan di dalam block yang berkaitan dengan block lainnya sehingga membentuk sebuah jaringan blockchain. Setiap transaksi yang tercatat di dalam block tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh orang-orang di dalam jaringan.
Lantas, bagaimana cara orang-orang tersebut memvalidasi transaksi? Jawabannya adalah dengan cara berlomba-lomba memecahkan algoritma rumit. Siapa yang berhasil memecahkannya pertama kali akan mendapatkan reward berupa koin. Oleh sebab itu, para validator tersebut biasa disebut penambang koin.
Mekanisme blockchain dapat berjalan dengan baik menggunakan metode algoritma konsensus, yang terdiri dari banyak jenis, yaitu PoW, PoS, DPoS, PoA, PoH, PoT, dan lainnya. Lewat metode ini, sistem blockchain dinilai lebih efisien, adil, transparan, dan aman karena semua pihak memiliki suara. Risiko penyelewengan oleh pihak otoritas juga tidak akan terjadi dalam sistem ini.
Algoritma khusus juga menjadi alat untuk menemukan sumber kebenaran utama terkait validitas transaksi yang terjadi. Metode ini juga mencegah terjadinya transaksi ganda atau double spending.
Kesimpulannya, algoritma konsensus adalah inti dari keamanan dan konsistensi jaringan blockchain. Memahami perbedaan antara berbagai algoritma konsensus penting dalam memilih dan merancang jaringan blockchain yang aman dan efisien. Dengan terus berkembangnya teknologi, kemungkinan akan ada inovasi baru dalam algoritma konsensus yang dapat meningkatkan performa jaringan blockchain di masa depan.
Jenis-jenis Algoritma Konsensus
Sekarang kita masuk pada pembahasan tentang jenis-jenis algoritma konsensus. Terdapat beberapa jenis algoritma konsensus yang populer digunakan dalam proyek kripto. Berikut penjelasan lengkapnya.
Proof of Work (PoW)
Proof of Work adalah sistem konsensus pertama yang digunakan pada sistem blockchain. Awalnya, metode ini digunakan oleh blockchain Bitcoin, lalu blockchain generasi pertama lainnya pun ikut mengadopsi PoW.
Pada metode Proof of Work, semua orang berhak menjadi penambang. Syaratnya adalah mereka berlomba-lomba memecahkan algoritma rumit. Untuk ikut jadi penambang, Anda harus menyiapkan modal berupa komputer khusus (Non LHR/non low hash rate) dan biaya listrik yang cukup besar. Jika berhasil memecahkan algoritma pertama kali, Anda bisa menambahkan blok transaksi baru di dalam blockchain. Anda juga akan mendapatkan hadiah koin sebagai validator.
Koin PoW teratas berdasarkan kapitalisasi pasar: Bitcoin, Litecoin, Bitcoin Cash, Dogecoin, Monero, Ethereum Classic, Kaspa, Bitcoin SV, Zcash, Dash, Verus, Kadena, Siacoin, Ravencoin, Digibyte, Pepecoin, Peercoin, Firo, Grin, Radiant, Aion, Omni, dan masih banyak lagi.
Proof of Stake (PoS)
Berbeda dengan sistem Proof of Work, pada Proof of Stake tidak ada perlombaan dalam memecahkan algoritma unik. Pasalnya, validator akan dipilih secara acak oleh sistem.
Sebelum mendaftar sebagai salah satu dari calon validator, Anda harus menyimpan koin kripto yang Anda miliki di dalam wallet dalam jangka waktu tertentu (staking). Semakin besar koin yang Anda simpan, maka semakin besar juga peluang kamu untuk dipilih jadi validator.
Keunggulan Proof of Stake adalah penambang tidak memerlukan komputer khusus. Koin yang Anda staking akan menjadi jaminan apabila melakukan kecurangan dalam memecahkan algoritma. Koin yang Anda staking akan hangus jika terbukti berbuat curang.
Token PoS top berdasarkan kapitalisasi pasar: Ethereum, Binance, Solana, Cardano, Tron, Toncoin, Algorand, Injective, Tezos, MultiversX, Mina, Aptos, Near Protocol, Helium, The Graph, Celo, Cartesi, BounceBit, PIVX, Dusk, LTO Network, OpenGPU, BitShares, Metrix Coin, NXT, Rubycoin, Crown, Validity, Ghost, Avalanche, dan masih banyak lagi.
Delegated Proof of Stake (DPoS)
Delegated Proof of Stake adalah pengembangan dari Proof of Stake, di mana orang-orang dalam jaringan akan melakukan pengambilan suara (voting) untuk menentukan siapa yang akan jadi validator transaksi selanjutnya. Untuk mendapatkan suara, Anda perlu menyimpan koin ke dalam wallet seperti halnya metode PoS (staking).
Sistem akan membatasi jumlah validator untuk setiap blok. Validator yang berhasil memecahkan algoritma akan mendapatkan reward koin yang akan dibagikan kepada orang-orang yang memilihnya.
Token DPoS top berdasarkan kapitalisasi pasar: Aelf, Hive, Ark, Persistence One, KardiaChain, ABBC Coin, Hyperblox, Smart, DexNet, Achain.
Proof of Authority (PoA)
Proof of Authority (PoA) adalah mekanisme konsensus yang memberikan kepercayaan terhadap kelompok atau individu terpilih untuk memvalidasi transaksi dan pembuatan blok baru dalam sebuah blockchain. Algoritma konsensus PoA memanfaatkan nilai identitas, yang berarti bahwa validator blok tidak mempertaruhkan token atau menebak hash target, melainkan reputasi mereka sendiri. PoA mempunyai tingkat skalabilitas yang lebih baik, meskipun merupakan sebuah konsep yang sebenarnya bertolak belakang dengan ide blockchain yang serba terdesentralisasi, maka PoA kurang cocok diterapkan untuk blockchain publik.
Dalam PoA, validator justru harus mempunyai identitas yang jelas dan diverikasi. Hal tersebut berbeda dengan mekanisme Proof-of-Work (PoW) atau Proof-of-Stake (PoS) di mana siapa saja bisa menjadi validator dan tanpa perlu mengungkap identitasnya.
Token PoA top berdasarkan kapitalisasi pasar: VeChain, Bitgert, Stratis, Privateum Global, Chiiper Chain, Palm Network, dan Xodex.
Proof of History (PoH)
Algoritma konsensus Proof of History (PoH) adalah mekanisme yang digunakan oleh Solana untuk mencatat urutan waktu setiap transaksi secara kriptografis. Solana secara unik menggunakan 2 algoritma konsensus: PoS dan PoH. PoH memungkinkan blockchain untuk menandai waktu secara terdesentralisasi tanpa validasi manual, sehingga mempercepat proses konsensus dan meningkatkan efisiensi jaringan.
Proof of Space (PoSpace)
Proof of Space, yang sering disebut sebagai Proof of Capacity, memanfaatkan ruang disk yang tersedia untuk mencapai konsensus. Alih-alih menggunakan komputasi yang boros energi, PoSpace memanfaatkan ruang hard drive yang tidak terpakai, menjadikannya alternatif yang ramah lingkungan untuk PoW.
Bayangkan PoSpace sebagai lelang penyimpanan. Semakin banyak ruang yang Anda alokasikan untuk blockchain, semakin tinggi peluang Anda untuk memenangkan hak untuk menambahkan blok berikutnya. Metode ini secara signifikan mengurangi dampak lingkungan sambil mempertahankan tingkat keamanan yang tinggi.
Kripto yang menggunakan algoritma konsensus PoSpace: Chia Coin, dan Filecoin.
Proof of Burn (PoB)
Algoritma konsensus Proof of Burn (PoB) adalah mekanisme untuk memvalidasi transaksi dan mencapai konsensus dalam blockchain dengan cara "membakar" atau menghancurkan sejumlah koin kripto. Penambang yang ingin menambahkan blok ke blockchain harus membakar koin mereka untuk mendapatkan hak penambangan. PoB adalah algoritma konsensus yang unik dan menawarkan alternatif yang berkelanjutan dan lebih efisien energi untuk PoW. Meskipun masih jarang digunakan, PoB memiliki potensi untuk menjadi semakin populer seiring dengan peningkatan kesadaran tentang masalah lingkungan dalam blockchain.
Kripto yang menggunakan algoritma konsensus PoSpace: SlimCoin (SLM), Counterparty (XCP), Factom (FCT).


Last update: 10 May 2025